1. SENIN : - STATISTIKA - 13.00 - 14.30 WIB
- EVALUASI - 14.35 - 16.05 WIB
- METLIT - 16.10 - 17.40 WIB
2. SELASA : - DITMET SENAM - 10.40 - 12.10 WIB
- SOSIOLOGI - 16.10 - 17.40 WIB
3. RABU : - BIOMEKANIKA - 10.40 - 12.10 WIB
- PENJAS ADAFTIF - 14.35 - 16.05 WIB
4. KAMIS : - IKL - 10.40 - 12.10 WIB
Lencana Facebook
Sunday, April 21, 2013
Sunday, April 7, 2013
SKRIPSI BULU TANGKIS
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Permainan
bulutangkis adalah cabang olahraga yang banyak digemari oleh masyarakat di
seluruh dunia, tidak terkecuali di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dengan
banyaknya masyarakat yang ikut serta dalam setiap kegiatan olahraga bulutangkis
yang diselenggarakan, baik dalam bentuk pertandingan tingkat RT hingga tingkat
dunia, seperti Thomas dan Uber Cup atau Olimpiade. Olahraga bulutangkis dapat
dimainkan mulai dari anak-anak hingga orang dewasa dan dapat dilakukan di dalam
maupun di luar ruangan.
Olahraga
bulutangkis di Indonesia sudah dikenal sejak lama, sehingga olahraga ini
merupakan salah satu cabang olahraga yang cukup populer di kalangan masyarakat
Indonesia. Sebagaimana dikemukakan Sakir dan Genikarsa (1989 : 111) bahwa,
“Bulutangkis dikenal di Indonesia sejak pada zaman penjajahan Belanda.”
Pada
tanggal 5 Mei 1951 di Indonesia didirikanlah organisasi induk cabang olahraga
bulutangkis yang dikenal dengan nama Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI).
Organisasi inilah yang menjadi cikal bakal munculnya pebulutangkis handal yang
dapat mengharumkan nama bangsa, seperti yang dibuktikan pebulutangkis tunggal
yaitu Susi Susanti dan Alan Budikusumah yang meraih dua medali emas pada
Olimpiade Barcelona tahun 1992. Perlu diingat juga bahwa olahraga bulutangkis walk in untuk pertama kalinya dipertandingkan
di Olimpiade tersebut, bahkan dalam kejuaraan-kejuaraan dunia seperti dalam
Thomas dan Uber Cup sudah beberapa kali piala tersebut direbut tim Indonesia.
Pemain bulutangkis Indonesia seperti Rudi Hartono, Tjuntjun, Johan Wahyudi,
Christian Hadinata, Ii Soemirat, Verawati Fajrin, Ivana Lie, Susi Susanti, Liem
Swe King, Icuk Sugiarto, Joko Supriyanto, Alan Budikusumah, Haryanto Arbi,
Ricky Subagja, Rexy Mainaki, Taufik Hidayat, dan yang lainnya adalah sederetan
pemain yang pernah menjadi juara dunia pada zamannya dan tak pernah hilang
dalam perjalanan sejarah bulutangkis Indonesia.
Dari waktu
ke waktu perkembangan bulutangkis ini makin pesat, hal ini disebabkan makin
tingginya keterampilan penguasaan teknik dari para pemainnya. Dengan
keterampilan teknik bermain yang cukup tinggi yang dimiliki oleh rata-rata
pemain, maka akan dapat memberikan suatu permainan yang bermutu. Untuk mendapat
suatu keterampilan penguasaan yang baik, maka dari sejak dini para pemain harus
sudah diberikan pelajaran teknik dasar, sehingga dengan teknik dasar yang telah
dikuasainya itu pemain akan dapat mengembangkan keterampilannya di masa yang
akan datang.
Untuk
menjadi pebulutangkis yang handal perlu berbagai macam persyaratan, salah
satunya adalah penguasaan teknik dasar permainan bulutangkis. Dalam cabang
olahraga bulutangkis terdapat berbagai teknik dasar, diantaranya teknik service, smash, lob, drop, dan gerak kaki.
Sebagaimana dikemukakan Poole (1986 : 10) bahwa, “Keterampilan dasar olahraga
bulutangkis dapat dibagi dalam tujuh bagian : (1) serve, (2) smash, (3) overhead, (4) drive, dan (5) drop.” Kelima teknik dasar
permainan bulutangkis tersebut harus dikuasai pebulutangkis untuk menunjang
atau mencapai tujuan permainan.
Salah satu
teknik dasar olahraga bulutangkis yang banyak digunakan untuk mematikan
permainan lawan adalah smash.
Menurut Poole (1986 : 143) smash adalah “pukulan overheadyang keras, diarahkan
ke bawah yang kuat, merupakan pukulan menyerang yang utama dalam bulutangkis.”
Sehubungan
dalam penelitian ini subjek penelitiannya adalah siswa sekolah dasar kelas V
dan VI dan teknik dasar bulutangkis yang akan dilatihkan adalah smash, maka bentuk latihan yang
dapat digunakan oleh pelatih atau guru Pendidikan Jasmani harus disesuaikan
dengan karakteristik siswa sekolah dasar. Oleh karena itu, agar siswa sekolah
dasar dapat menguasai teknik-teknik dasar permainan bulutangkis, khususnya
teknik smash salah satunya adalah dengan cara
memodifikasi net yang direndahkan. Modifikasi di sini adalah mengubah net dari
ketinggian yang sebenarnya lalu direndahkan. Caranya adalah dengan memodifikasi
ketinggian net yang sebenarnya yaitu 1,55 m, dan setelah siswa dapat
melakukannya lalu net tersebut direndahkan 20 cm sampai mencapai ketinggian net
1,35 m. Dengan memodifikasi ketinggian net yang direndahkan tersebut,
diharapkan siswa dapat menguasai keterampilan smash dalam permainan bulutangkis secara
optimal.
Berdasarkan
permasalahan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
masalah tersebut dengan judul : “Pengaruh Modifikasi Net yang Direndahkan
terhadap Keterampilan Smash dalam Permainan Bulutangkis Siswa
Sekolah Dasar.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
uraian latar belakang masalah di atas, maka penulis dapat merumuskan masalah
penelitian ini sebagai berikut : “Apakah modifikasi net yang direndahkan
berpengaruh terhadap keterampilan smash dalam permainan bulutangkis siswa
kelas V dan VI SD Negeri Kedungwuluh Kecamatan Padaherang Kabupaten Ciamis ?”
C. Tujuan Penelitian
Mengacu
pada rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh modifikasi net yang direndahkan terhadap keterampilan smash dalam permainan bulutangkis siswa
kelas V dan VI SD Negeri Kedungwuluh Kecamatan Padaherang Kabupaten Ciamis.
D. Manfaat Penelitian
Secara
teoritis hasil penelitian ini bermanfaat untuk memberi bahan masukan dan
tambahan informasi ilmiah bagi, pemain, pelatih, dan pembina olahraga
bulutangkis, khususnya berkenaan dengan penguasaan keterampilan smash dalam permainan bulutangkis.
Secara
praktis, hasil dari penelitian ini bermanfaat sebagai berikut:
1. Sebagai
tambahan informasi bagi siswa SD Negeri Kedungwuluh Kecamatan Padaherang
Kabupaten Ciamis tentang perlunya membina penguasaan keterampilan smash dalam permainan bulutangkis.
2. Sebagai
tambahan pengetahuan bagi guru Pendidikan Jasmani dan Kesehatan mengenai bentuk
latihan yang dapat diterapkan untuk meningkatkan penguasaan keterampilan smash yaitu dengan modifikasi net yang
direndahkan bagi anak didiknya.
3.
Memberikan informasi kepada pembaca bahwa keterampilan smash dalam permainan bulutangkis dapat
dilatih dengan berbagai bentuk latihan, salah satunya dengan modifikasi net
yang direndahkan.
E. Pembatasan Masalah
Sesuai
dengan waktu dan kemampuan yang penulis miliki, maka permasalahan dalam
penelitian ini penulis batasi dengan harapan penelitian ini lebih terarah dan
tidak terlalu luas dalam pembahasannya. Ruang lingkup masalah dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1. Aspek
yang diteliti hanya terbatas untuk memperoleh fakta tentang pengaruh modifikasi
net yang direndahkan terhadap keterampilan smash dalam permainan bulutangkis siswa
sekolah dasar.
2.
Penelitian ini menggunakan metode eskperimen dengan desain penelitian pre–test dan post–test, yaitu melaksanakan
kegiatan latihan smash bulutangkis dengan menggunakan
modifikasi net yang direndahkan. Pelaksanaan latihan selama 16 kali pertemuan
ditambah dua kali tes yaitu tes awal dan tes akhir. Pengambilan data dilakukan
di lapangan olahraga SD Negeri Kedungwuluh Kecamatan Padaherang Kabupaten
Ciamis.
3.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV dan V SD Negeri Kedungwuluh
Kecamatan Padaherang Kabupaten Ciamis sebanyak 30 orang. Karena subjek
penelitian ini ditentukan jumlahnya yaitu 30 orang, maka seluruh populasi
dijadikan objek penelitian atau total
sample.
4.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes smash bulutangkis yang dilakukan dalam lima
kali kesempatan (diambil angka). Tes ini bertujuan untuk mengukur keterampilan
melakukan smash di atas net ke sasaran dengan cepat
dan terarah yang dilakukan sebanyak lima kali kesempatan.
F. Definisi Operasional
Untuk
menghindari salah penafsiran atau salah arti terhadap istilah-istilah yang
digunakan dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan istilah-istilah yang
digunakan supaya lebih operasional sehingga tidak timbul kesalahan terhadap
maksudnya. Istilah-istilah tersebut adalah :
1. Pengaruh, menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (1990 : 664) adalah “sama artinya dengan akibat atau hasil
yang diperoleh.” Pengaruh dalam penelitian ini adalah efek atau akibat yang
timbul dari latihan smash dengan modifikasi net yang direndahkan
terhadap keterampilansmash dalam
permainan bulutangkis.
2. Modifikasi net direndahkan,
artinya perubahan dari ketinggian net sebenarnya menjadi rendah dalam permainan
bulutangkis. Caranya dengan merendahkan ketinggian net yang sebenarnya (1,55
m), dan setelah siswa dapat melakukannya lalu net tersebut direndahkan 20 cm
sampai mencapai ketinggian net 1,35 cm.
3. Smash, menurut Poole
(1986 : 143) smash adalah “pukulan overhead yang keras, diarahkan ke bawah yang
kuat, merupakan pukulan menyerang yang utama dalam bulutangkis.”
G. Anggapan Dasar dan Hipotesis
1. Anggapan Dasar
Anggapan
dasar merupakan titik tolak bagi penulis dari segala kegiatan penelitian yang
akan dilaksanakan dan anggapan dasar ini diperlukan sebagai pegangan pokok
secara umum.
Menurut
Arikunto (1998 : 97) anggapan dasar atau postulat adalah “sebuah titik awal
pemikiran yang kebenarannya dapat diterima oleh penyelidik”. Bertitik tolak
dari pengertian di atas, maka yang menjadi anggapan dasar dalam penelitian ini
adalah :
a. Latihan
yang dilakukan secara sistematis dan teratur serta mengikuti prinsip-prinsip
latihan akan memberikan perubahan yang positif terhadap kemampuan penguasaan
berbagai keterampilan gerak siswa sekolah dasar.
b.
Kelebihan latihan menggunakan modifikasi net direndahkan pada permainan
bulutangkis adalah dapat memotivasi siswa/atlet untuk belajar teknik dasar smash, memudahkan kesulitan
belajar siswa melakukan teknik dasar smash,
dan dapat memukul dan memasukan shuttlecockdengan
mudah.
c.
Kelemahannya yaitu waktu untuk latihan terbuang hanya untuk melakukan teknik dasar smashdan variasi latihan yang
diberikan pelatih hanya sedikit.
2. Hipotesis
Sebagai
penuntun ke arah penelitian untuk suatu penjelasan problematik yang harus
dicapai pemecahannya diperlukan hipotesa. Hipotesis adalah perumusan sementara
terhadap suatu masalah, yang dimaksud tuntutan sementara dalam penelitian yaitu
mencari kebenaran yang sebenarnya. Sebagaimana dikemukakan oleh Surakhmad (1998
: 68) bahwa hipotesis adalah “suatu jawaban yang sementara terhadap
permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul.”
Berdasarkan
anggapan dasar di atas, maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut :
“Latihan smash dengan memodifikasi net direndahkan
berpengaruh secara berarti terhadap keterampilan smash dalam permainan bulutangkis pada siswa
kelas V dan VI SD Negeri Kedungwuluh Kecamatan Padaherang Kabupaten Ciamis.”
Dinata,
Marta dan Herman Tarigan. 2004. Bulutangkis
2. Jakarta : Cerdas Jaya.
Pengurus
Besar Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia. 2006. Pedoman Praktis Bermain Bulutangkis.
Tersedia : http://pb-pbsi/bulutangkis.com.
Poole,
James. 1986. Belajar
Bulutangkis. Bandung : Pionir Jaya.
I. Rangkuman & KUMPULAN SOAL – SOAL
I.
Rangkuman
Tujuan
penjas : Bertambahnya
pengetahuan siswa tentang berbagai hal mengenai olah raga.
Ada
3 aspek, yaitu : kognitif , afektif
dan psikomotor.
J.
Tugas Lembar Kerja
-
Kemukakan mengenai konsep pengentahuan?
-
Apa yang di maksud dengan keterampilan kecabangan?
KUMPULAN
SOAL – SOAL
1.
ADA BERAPA DAN SEBUTKAN ASPEK YANG MEMPENGARUHI PADA PENKJAS? ....
2.
SEBUTKAN CARA UNTUK MENGUKUR ASPEK PENGETAHUAN SISWA? ....
D. Aspek Gerak Dasar
Dengan
cara :
- Tempat tes yang menetap,
-
Menilai Komponen Penting : .
pada waktu tes, .pada waktu PBM
berlangsung.
E.
Aspek Fitness dan Keterampilan Kecabangan Olahraga
Dengan
cara :
1.
Mengetes sendiri dan dengan partner.
Langkah
– langkahnya :
-
Guru
terlebih dahulu menjelaskan cara pelaksanaan dan penentuan skor kepada siswa.
-
Guru
menjelaskan pentingnya kejujuran dalam pelaksanaan tes dan mempercaykannya
kepada siswa.
-
Untuk
menanamkan motivasi dari dalam diri siswa, guru berusaha untuk tidak membanding
– bandingkan skor hasil tes siswa yang satu dengan yang lainnya atau dengan
standar tes.
-
Gunakan
borang pengskoran.
F.
Rentang kategori hasil tes ( skor ) yang lebih luas
Guru
beranggapan bahwa pelaksanaan pengetesan jauh lebih penting.
G.
Melibatkan Orang lain
Pelaksanaannya,
antara lain :
-
Siswa
yang lebih senior,
-
Guru
lain,
-
Orang
tua siswa, atau
-
Mahasiswa
sebagai sukarela.
H.
Bagian dari proses pembelajaran
Dengan
menggunakan metode circuit learning dan dengan cara penugasan pada PBM berlangsung.
Langkahnya
adalah :
-
Penetapan
pos – pos belajar,
-
Penugasan
pada saat PBM berlangsung,
-
Salah
satu pentahanan dalam PBM.
SUBSTANSI ASPEK YANG DI EVALUASI ( part. A, B, C, D )
A.
Pendahuluan
Ada 3 tiga domain pengukur dampak
program penjas, yaitu : kognitif,
afektif, dan psikomotor.
Intisari
Pokok Bahasan
B.
Aspek Pengetahuan
Ada
beberapa cara untuk mengukur Aspek Pengetahuan siswa, diantaranya :
1.
Tes di kelas
Dengan
cara : a. Tidak banyak tapi sering,
b. pembagian tes yang berbeda,
c. dikoordinasikan oleh sekolah : -
penyedian waktu khusus,
- pelayanan khusus oleh sekolah,
2.
Tes tulis sinkat dilapangan
Dengan
cara : menyuruh siswa untuk menolong
temannya yang tidak bisa.
3.
Mengecek pemahaman siswa
Dengan
cara : pada saat akhir jam pelajaran guru menyuruh siswa mengecek pemahamannya
tentang materi yang baru saja diajarkan.
4.
Kartu merah dan hijau
Dengan
cara : Guru membagikan kartu tersebut
kepada siswa pada akhir jam pelajaran .
C.
Aspek Sikap
Tujuannya
untuk mengetahui sikap anak didiknya terhadap aktivitas belajar.
Tes
sikap dapat dilakukan dengan cara :
- Kartu
Ceria
-
Tes
Tulis
-
Observasi
cover TUGAS EVALUASI KE-3
EVALUASI
PENDIDIKAN
RANGKUMAN
MODUL 3
Diajukan
untuk memenuhi tugas Evaluasi ke-3
Oleh
:
NAMA : ACEP KURNIA
KELAS
: 3J
NPM : 102191378
PROGRAM
STUDI JASMANI, KESEHATAN DAN REKREASI
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
SILIWANGI
2013
Thursday, April 4, 2013
BAB III
BAB III
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian
Sesuai
dengan jenis penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh latihan heavy bag
thrust terhadap hasil tolakan pada tolak peluru, maka jenis penelitian ini
adalah eksperimen. Dengan demikian metode eksperimen dapat diartikan sebagai
metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu
terhadap yag lain dalam kondisi yang terkendali sugiyono (2011:72). Metode ini
bersifat validation atau menguji, yaitu menguji pengaruh satu atau lebih
variabel terhadap variabel lain. Variabel yang memberikan pengaruh
dikelompokkan sebagai variabel bebas (indpendent variables) dan variabel yang
dipengaruhi dikelompokan sebagai variabel terikat(dependent variables) Nana
Syaodih Sukmadinata (2006:57-58)
Rancangan Penelitian
Dalam
penelitian ini rancangan penelitin yang digunakan adalah model One-Group
Pretest-Posttest Design dengna demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih
akurat, karena dapat membandingkan dengaan keadaan sebelum diberi perlakuan.
Sogiyono (2011:74-75) Desain ini digambarkan sebagai berikut:
O1
X O2
O1 =
nilai pretest (sebelum diberi latihan)
O2 =
nilai postest (sesudah diberi latihan)
Pengaruh
latihan = (O1 – O2)
Tempat penelitian
Penelitian
ini dilaksanakan di kampus fkip jurursan pendidikan olahraga.
Waktu penelitian
Penelitian
dilaksanakan pada bulan juli sampai bulan september.
Populasi dan sampel populasi
Populasi
Pengertian
populasi manurut Nana Syaodih Sukmadinata (2006:250), populasi adalah kelompok
besar dan wilayah yang menjadi lingkup penelitian kita. Populasi dalam
penelitian ini adalah mahasiswa pendidikan kepelatihan olahraga semester 5 pada
tahun ajaran 2012/2013. Pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa populasi adalah
seluruh individu yang akan dijadikan subjek penelitian dan dari
seluruh
individu tersebut paling sedikit mempunyai satu sifat yang sama. Jumlah
mahasiswa putra yang ada dikelas pendidikan kepelatihan olahraga adalah 27
orang.
Keseluruhan
populasi dalam penelitian ini memiliki beberapa kesamaan antara lain:
Sama sama mahasiswa pendidikan kepelatihan
olahraga.
Sama sama berjenis kelamin laki laki.
Usia mereka relative sama 19 sampai 20
tahun.
Berdasarkan
uraian diatas maka yang dijadikan populasi dalam penelitian ini telah memenuhi
syarat sebagai populasi.
Sampel populasi
Teknik
pengambilan sampel dengan cara sampling jenuh. Menurut pendapat sugiyono
(2011:85) sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bil semua anggota
populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukna bila jumlah
populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau peneliti yang ingin membuat
generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain sampel jenuh
adalah sensus dimana semua anggota populasi di jadikan sampel. Berdasarkan
pendapat karena jumlah populasi mahasiswa putra pada pendidikan kepelatihan
olahraga hanya 27 orang maka dari itu peneliti mengambil semua populasi sebagai
sampel. Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 27 orang.
Teknik pengumpulan data
Untuk
mendapatkan data dalam penelitian ini, dilakukan dua kali tes yaitu tes awal
(pretest) yaitu sebelum orang coba melakukan latihan heavy bag thrust dan tes
akhir (posttest) setelah orang coba melakukan latihan heavy bag thrust sebanyak
16 kali pertemuan dengan frekuansi latihan 3 kali seminggu.
Instrumen penelitian
Petunjuk pelaksanaan tes tolak peluru
Tujuan
adanya pelaksanaan tes adalah agar tidak salah dalam melakukan tes yang
sesungguhnya. Sehinggan dalam pelaksanaanya benar – benar dipahami. Adapun
prosedur pelaksaaannya adalah sebagai berikut:
Alat yang digunakan
Peluru untuk putra dewasa 7 kg
Meteran
Petunjuk pelaksanaan
Dua
puluh tujuh anak melakukan tolakan secara bergantian setiap anak mealakukan
tolakan sebanyak tiga kali dan yang dipakai dari hasil tolakan adalah yang
terjauh.
Tolakan dinyatakan tidak sah apabila:
Setelah menolak mahasiswa keluar lingkaran
melalui depan lingkaran
Peluru keluar dari lintasan jatuhnya peluru
Teknik analisis data
Data
yang diperoleh sebagai skor individu diolah dengan menggunakan prosedur
statistik untuk membuktikan apakah hipotesis yang penulis ajukan dalam
penelitian ini diterima atau ditolak. Data yang terkumpul dari pretest dan
posttest dianalisis dengan menggunakan uji-t.
Rumus
uji-t
t= d/(Sd/√n)
keterangan:
d=
rata-rata
Sd=
Standar devisi
N=
sampel
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/atletik
http://id.wikipedia.org/wiki/tolakpeluru
Radelilfe.James
C.(James Christopher).1958.Plyometrics:explosive power training.
BAB II
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. LANDASAN TEORITIS
Hakekat Latihan
Pengertian
Latihan
Definisi
latihan olahraga yang yang dimodifikasi Dietrch Harre (1971) menyatakan bahwa
latihan adalah suatu proses penyempurnaan olahraga yang diatur dengan prinsip –
prinsip yang bersifat alamiah, khususnya prinsip – prinsip paedagogis. Proses
ini yang direncanakan dan sistematis, meningkatkan kesiapan untuk tampil dari
seorang olahragawan atau olahragawati Yossef Nossek (1982:12).
Sedangkan
menurut Harsono (1988) latihan atau training adalah suatu proses belatih yang
sistematis yang dilakukan secara berulang – ulang, dan yang kian hari jumlah
beban latihanya kian bertambah. Rusli `Lutan (2005:90).
Tujuan
latihan :
Menurut Rusli Lutan (2005:88) ada empat
aspek latihan berdasarkan tujuan dan unsur yang akan dilatih yaitu sebagai
berikut:
Latiahn fisik adalah latihan yang bertujuan
untuk meningkatkan kondisi fisik, yaitu faktor yang sangat penting bagi setiap
atlet. Tanpa kondisi fisik yang baik atlet tidak akan dapat mengikuti latihan –
latihan, apalagi bertanding dengan sempurna. Beberapa unsur kemampuan fisik
dasar yang perlu di kembangkan antara lain ialah kekuatan, daya tahan,
kelentukan kelincahan, dan kecepatan.
Latihan teknik. Latihan teknik bertujuan
untuk mempermahir penguasaan keteranpilan gerak
dalam suatu cabang olahraga,
Latihan taktik bertujuan untuk
mengembangkan dan menumbuhkan daya tafsir pada atlet ketika melaksanakan
kegiatan olahraga yang bersangkutan
Latihan mental. Latihan mental sama
pentingnya dengan ketiga aspek tersebut di atas. Sebab, betapa sempurnapun
perkembangan fisik, teknik serta taktik atlet, apabila mentalnya tidak turut
berkembang, prestasi tinggi tidak mungkin akan dicapai
Hakekat Latihan Heavy bag thrust
Latihan
ini membutuhkan sebuah karung tinju yang digantung memakai tali atau kabel yang
melibatkan otot trisep, pectorals, deltoid, bisep, (lengan) trapezius,
abdominal, ectiternal obliges dan otot pinggul ekstensor. Latihan ini cocok
digunakan untuk olahraga pelempar cakram, tolak peluru, angkat besi serta sepak bola dan bola basket.
Posisi
awal
Menghadap kekarung tinju dengan posisi kaki
dalam terbelah setengah, Kaki depan sejajar dengan karung tinju, tangan
diletakkan dikarung tinju setinggi dada dengan jari menghadap keatas. Siku
harus dekat dengan tubuh dan lengan harus sepenuhnya tertekuk.
Menjaga kaki tetap stabil dan terus
mendorong karung tinju dari badan secepat mungkin, setelah karung tinju
melayang, posisi lengan harus memanjang dengan tangan terbuka, menangkap dan mematahkan momentum dari karung tinju
yang sedang melayang menggunakan otot lengan, dan otot bahu mendorong karung
tinju kembali lagi sebelum mencapai posisi awal. Berkonsentrasi pada
mempertahankan sikap tubuh yang sama diseluruh sisi latihan dan menekankan
kecepatan dan eksplosing power.
Latihan
ini dilakukan 3 sampai 6 set dari 10 sampai 20 pengulangan: istirahat sekitar
2menit dalam masing-masing set.
3.
Hakekat Tolak Peluru
Tolak peluru adalah salah satu nomor
lempar pada cabang olahraga atletik. Sesuai dengan namanya maka peluru tidak
dilempar tetapi ditolak atau didorong, yaitu berupa dorongan dari bahu yang
kuat disertai dengan gerak merentangkan lengan, pergelangan tangan dan
jari-jari yang terarah dengan tujuan agar didapat jarak tolakan yang maksimal (
Jarver, 1999:112).
Teknik tolak peluru adalah semata mata satu
metode penolakan dengan satu tangan. Ketika menolak dengan mengambil sikap
berdiri dengan didalam lingkaran yang berdiameter 2,135 meter untuk memulai
tolakan, peluru harus dekat dengan bahu atau dagu. Selama menolak peluru tidak
boleh diletakan dibelakang bahu. Transisi dari luncuran tolakan yang sebenarnya
dapat disempurnakan dengan gaya gerak. Adapun sudut lepas 400 (Yusuf,
1986:9.3-9.7)
Adapun berat peluru dalam tolak peluru ;
DEWASA PUTRA : 7,257 Kg
DEWASA PUTRI : 4 Kg
REMAJA PUTRA : 5 Kg
REMAJA PUTRI : 3 Kg
Berdasarkan
pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa tolak peluru adalah suatu
gerakan menolak atau mendorong peluru( alat yang bundar), terbuat dari
logam(besi, tembaga, atau kuningan).
Cara
memegang peluru
Untuk
mendapatkan pegangan yang paling baik dan efisien, sehingga penyaluran tenaga
cukup efektif sewaktu peluru dilontarkan maka yang harus diperhatikan cara
memegang peluru sebagai berikut:
Jari-jari agak meregang, jari kelingking tidak
tepat dibelakang peluru tetapi ditekuk dan berada disamping peluru. Dengan
demikian jari ini dapat membantu untuk menahan supaya peluru tidak mudah
tergeser dari tempatnya. Untuk menggunakan cara ini, pelempar harus mempunyai
jari-jari yang kuat dan panjang.
Cara ini hampir sama dengan cara pertama.
Jari-jari agak rapat ibu jari disamping belakang peluru. Dengan deemikian jari
kelingking kecuali untuk menahan jangan mengadakan tekanan pada waktu peluru
ditolak. Cara ini lebih banyak digunakan dari pada cara pertama.
Bagi mereka yang tangannya kecil dan
jarinya pendek, dapat menggunakan cara yerakhir ini, posisi jari-jari seperti
pada cara kedua tapi lebih renggang sedikit. Kelingking dibelakang peluru
sehingga turut menolak pelurunya. Ibu jari untuk menahan gesekan kesamping.
Mengingat bahwa tangan pelempar kecil serta pendek. Peluru biasanya diletakan
hampir pada lekuk tangan.
Sikap
badan waktu menolak
Sikap
badan pada waktu menolak peluru ini mulai sesaat setelah mahasiswa tersebut kakinya
mendarat ditanah, setelah ia melakukan gerakan meluncur. Tolakan harus segera
dimulai sesaat setelah kaki kanan menempati posisi seharusnya untuk mencegah
menurunnya kecepatan dari gerak peluru, begitu kaki kanan menyentuh tanah, kaki
dapat segera diarahkan keatas. Gerakan mengarahkan ke atas ini dikombinasikan
dengan mengankat batang tubuh. Pada saat itu pusat gaya berat mahasiswa sedang
bergser dari kaki kanan kekaki kiri. Gerakan batang tubuh yang terangkat dan
pergeseran tadi hanya mungkin kalau kaki sudah menyentuh tanah didepan
lingkaran tadi, gerakan ini harus simultan dengan gerakan kaki kanan yang saat
itu juga menyentuh tanah dibagian dalam lingkaran, hendaknya dikombinasikan
dengan putaran putaran tumit kanan kearah luar.
Cara
menolak peluru
Apabila
keadaan sikap badan pada waktu akan menolak tersebut sudah dapat dilakukan
dengan baik, artinya berada dalam keadaan seimbang dan sikap untuk melakukan
tolakan. Kemudian secepatnya peluru ditolakan sekuat-kuatnya keatas.
Pada
sikap badan menyamping, bersamaan dengan memutar badan kearah tolakan. Siku
ditarik keatas kebelakang ( kearah samping kiri), pinggul, dan pinggang serta
perut didorong kedepan agak keatas hingga dada terbuka menghadap kedepan serong
ke atas ke arah tolakan. Dagu diangkat atau ditengadahkan, pandangan kearah
tolakan. Pada saat seluruh badan ( dada menghadap kearah tolakan) secepatnya
peluru ditolakan sekuat-kuatnya ke atas ke depan ke arah tolakan. Bersamaan
dengan bantuan penolakan kaki kanan dan menolakan seluruh badan keatas serong ke depan, kalau menolak dengan tangan
kanan. Kalau dengan tangan kiri kebalikannya.
Sikap
badan setelah menolak peluru
Gerakan
kembali yaitu gerakan setelah menolak peluru adalah untuk menjaga keseimbangan
tubuh dan mencegah terjadinya pelanggaran terhadap peraturan atletik cabang
tolak peluru ini. Gerakan ini dimulai sesaat setelah peluru dilontarkan dimana
mahasiswa mengikuti gerakan peluru disekeliling lingkaran dan sama sekali tidak
boleh dilakukan sebelum peluru lepas dari tangan. Gerakan ini dimulai dengan
gerakan kaki yang cepat sekali mundur kepusat lingkaran. Kaki kiri diayunkan
kebelakan sambil merendahkan batang tubuh yang menyilang kaki kanan yang
ditekuk( Jarver, 199:114)
Cara
untuk melakukan gerakan dan sikap akhir
Setelah menolak
yaitu:
setelah peluru ditolakan atau didorong itu
lepas dari tangan, secepatnya kaki yang dipergunakan untuk menolak itu
diturunkan atau mendarat ( kaki kanan) kira-kira menempati bekas kaki depan
dengan lutut agak dibengkokan.
Kaki kiri ( kaki depan) diangkat kebelakan
lurus dan lemas untuk membantu menjaga keseimbangan.
Badan condong ke depan, dagu diangkat,
badan agak miring ke samping kiri, pandangan ke arah jatuhnya peluru.
Tangan kanan dengan siku agak dibengkokan
berada didepan sedikit agak di bawah badan, tangan atau lengan kiri lemas lurus
ke belakang untuk membantu menjaga keseimbangan.
Peluru
diperhatikan oleh para mahasiswa, meninggalkan lingkaran tolak harus setelah
peluru itu jatuh di tanah dan keluar melalui lingkaran bagian belakang
Cara
mengambil Awalan atau ancang ancang
Seperti
telah dikemukakan, bahwa dalam melakukan tolak peluru gaya menyaamping. Pada
waktu mengambil awalan akan melakukan suatu tolakan.gaya menymping adalah suatu
cara melakukan gerakan menolak, mulai dari sikap permulaan sampai dengan
bergerak ke depan untuk menolakan peluru keadaan badan menyamping arah
tolakan.gaya tolakan tersebut adalah gaya pertama kali dipergunakan atlet dalam
perlombaan tolak peluru. Namun samapi sekarangpun masih ada yang mempergunakan
terutama para atlet pemula. Oleh karena itu gaya tersebut sering dikatakan
dengan gaya zaman dahulu atau kuno( ortodok).
Cara
untuk melakukan tolak peluru dengan awalan gaya menyamping adalah: sikap
permulaan, berdiri tegak didalam lingkaran bagian belakang menyamping arah
tolakan. Gerakannya, pada waktu akan melakukan tolakan kaki depan(kiri)
digerak-gerakan ke depan ke belakang atau diputar-putarkan untuk membuat atau
mendapatkan keseimbangan dan kecepatan awal. Bersamaan dengan menolakan atau
mendorong kaki kanan kedepan ke arah tolakan. Kaki kiri digerakan agak kedepan
agak kesamping kiri lurus sehingga menyentuh balok penahan. Usahakan badan
tetap rendah denagn lutut kaki kanan agak dibengkokan pada saat kaki kiri kena atau menyentuh balok penahan
secepat mungkin badan diputar kearah tolakan, bersamaan bersamaan dengan
pinggul, pinggang dan perut didorong kedepan sehingga seluruh badan menghadap
kearah tolakan. Kemudian secepatnya peluru ditolakan sekuat-kuatnya ke depan
keatas, dengan bantuan menggerakan seluruh tenaga badan.
B.
KERANGKA KONSEPTUAL
Berdasarkan
pendapat dan teori-teori serta latar belakang masalah yang telah dikemukakan
pada bab terdahulu, penulis berpendapat banyak factor yang mempengaruhi hasil
tolakan pada mahasiswa pendidikan kepelatihan olahraga semester 5 pada olahraga
tolak peluru. Dan semua factor tersebut terdapat dalam bentuk latihan yang
disajikan pelatih, salah satunya latihan heavy bag thrust. Dalam penelitian ini
terdapat dua jenis variabel, untuk lebih jelasnya dapat di gambarkan dalam
bentuk kerangka konseptual sebagai berikut :
Variable
bebas variable terikat
C. HIPOTESIS
Berdasarkan teori dan kerangka
pemikiran yang telah dikemukakan pada bagian terdahulu, maka dapat diajukan
hipotesis sebagai berikut: Latihan heavy bag thrust berpengaruh terhadap hasil
tolakan pada tolak peluru pada mahasiswa pendidikan kepelatihan olahraga
semester 5 jurusan pendidikan olahraga universitas riau.
tugas Metode Penelitian ke-4 Bag. BAB II
“PENGARUH
LATIHAN HEAVY BAG THRUST TERHADAP HASIL TOLAKAN PADA NOMOR TOLAK PELURU”
PROPOSAL
Diajukan untuk memenuhi tugas
Metode Penelitian ke-4 Bag. BAB II
Oleh :
NAMA : ACEP KURNIA
KELAS : 3J
NPM
: 102191378
PROGRAM STUDI JASMANI, KESEHATAN
DAN REKREASI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
2013
Wednesday, April 3, 2013
F. Manfaat Penelitian
1. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi
universitas riau dan untuk memperoleh gelar sarjan (S1)
2. sebagai tolak ukur untuk pencapaian prestasi mahasiswa
pendidikan kepelatihan olahraga semester 5
3. Sebagai pengalaman baik bagi penulis tentang metode
penelitian maupun keilmuan yang berkenan dengan hasil tolakan pada tolak
peluru.
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan
penelitian adalah untuk mengetahuiapakah ada pengaruh latihan heavy bag thrust
terhadap hasil tolakan pada tolak peluru di mahasiswa pendidikan kepelatihan
olahraga semester 5.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian
latar belakang, identifikasi masalah, maka dapat dirumuskan masalah,maka dapat
di rumuskan , yaitu apakah latihan heavy bag thrust berpengaruh terhadap hasil
tolakan pada tolak peluru di mahasiswa pendidikan kepelatihan olahraga semester
5.
C. Pembatasan Masalah
Apakah ada pengaruh
latihan heavy bag thrus terhadap hasil tolakan pada tolak peluru ?
B. Identifikasi Masalah
a. Apakah ada
pengaruh latihan Heavy bag thrus terhadap hasil tolakan peluru ?
b. Apakah ada
pengaruh latihan Medicine ball terhadap hasil tolakan peluru ?
c. Apakah ada
pengaruh latihan push up terhaap hasil tolakan peluru ?
d. Apakah ada
pengaruh latihan dumb ball arm swing
terhadap hasil tolakan peluru ?
e. Apakah ada pengaruh
latihan pull up terhadap hasil tolakan peluru ?
Berikut ini adalah nomor-nomor atletik yang di perlombakan
1. lari
Sprint
Lari berintang
Haling rintang
Estafet
Jarak jauh
Jarak menengah
2. melempar
Tolak peluru
Lempar peluru
Lempar lembing
Lempar cakram
3. lompat
Lompat tinggi
Lompat galah
Lompat jauh
Lompat ganda
Dari sekian banyak
nomor-nomor yang ada pada cabang olahraga atletik , penulis berminat untuk
membahas nomor tolak peluru. Dimana tolak peluru merupakan cabang olahraga yang
menggunakan peluru sebagai media untuk melakukan tolakan. Dalam olahraga ini
kekuatan lengan sangat di butuhkan dalam
menunjang jauh hasil tolakan , cara awal yang perlu di pelajari oleh seseorang
ketika akan melakukan olahraga tolak peluru adalah tehnik dasar tolak peluru.
Tujuan utama dari tolak peluru adalah melakukan tolakan sejauh-jauhnya secara
sah dan benar. Menurut aturan yang ada
dalam tolak peluru di bagi menjadi dua yaitu ; gaya menyamping( ortodok ) dan
gaya membelakangi ( obrian ).
Di Universitas Siliwangi Tasikmalaya, nomor tolak peluru
telah menjadi mata kuliah wajib bagi mahasiswa fkip jurusan pendidikan
olahraga. Mata kuliah ini terdapat dalam mata kuliah atletik. Berdasarkan
pengamatan penulis, mahasiswa mahasiwa pendidikan kepelatihan olahraga semester
5 sangat antusias ketika belajar nomor tolak peluru.
Namun dalam kenyataan yang terjadi dilapangan,pada mahasiswa
pendidikan kepelatihan olahraga semester 5 dalam nomor tolak peluru ternyata
mengalami kendala. Hal ini diebabkan oleh kurangnya power otot lengan dan bahu
sehingga kekuatan tolakan tidak ada dan menyebabkan hasil tolakan tidak
maksimal. Untuk membantu mengatasi masalah pada mahasiswa pendidikan
kepelatihan olahraga semester 5, penulis telah merangkum beberapa latihan yang
dapat meningkatkan kekuatan otot lengan dan bahu sehingga mahasiswa pendidikan
kepelatihan olahraga dapat hasil tolakan yang maksimal pada nomor tolak peluru.
Adapun latihan yang dapat penulis berikan untuk meningkatkan
hasil tolakan pada tolak peluru adalah.,
Heavy bag thrust
Medicine ball
Push up
Dumb ell arm swing
Pull up
Dari kelima jenis
latihan yang dapat diberikan untuk meningkatkan hasil tolakan, penulis
mengambil salah satunya yaitu “PENGARUH
LATIHAN HEAVY BAG THRUST TERHADAP HASIL TOLAKAN PADA NOMOR TOLAK PELURU”
Subscribe to:
Posts (Atom)
Translate
Followers
Blog Archive
-
▼
2013
(50)
-
▼
April
(19)
- JADWAL UTS semster.6 ( tgl. 22 April 2013 )
- SKRIPSI BULU TANGKIS
- I. Rangkuman & KUMPULAN SOAL – SOAL
- D. Aspek Gerak Dasar
- SUBSTANSI ASPEK YANG DI EVALUASI ( part. A, B, C, D )
- cover TUGAS EVALUASI KE-3
- BAB III
- BAB II
- tugas Metode Penelitian ke-4 Bag. BAB II
- F. Manfaat Penelitian
- E. Tujuan Penelitian
- D. Rumusan Masalah
- C. Pembatasan Masalah
- B. Identifikasi Masalah
- Berikut ini adalah nomor-nomor atletik yang di per...
- BAB I PENDAHULUAN
- PROPOSAL TOLAK PELURU
- PROPOSAL OLAHRAGA
- TUGAS BIOMEKANIKA 03
-
▼
April
(19)