BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. LANDASAN TEORITIS
Hakekat Latihan
Pengertian
Latihan
Definisi
latihan olahraga yang yang dimodifikasi Dietrch Harre (1971) menyatakan bahwa
latihan adalah suatu proses penyempurnaan olahraga yang diatur dengan prinsip –
prinsip yang bersifat alamiah, khususnya prinsip – prinsip paedagogis. Proses
ini yang direncanakan dan sistematis, meningkatkan kesiapan untuk tampil dari
seorang olahragawan atau olahragawati Yossef Nossek (1982:12).
Sedangkan
menurut Harsono (1988) latihan atau training adalah suatu proses belatih yang
sistematis yang dilakukan secara berulang – ulang, dan yang kian hari jumlah
beban latihanya kian bertambah. Rusli `Lutan (2005:90).
Tujuan
latihan :
Menurut Rusli Lutan (2005:88) ada empat
aspek latihan berdasarkan tujuan dan unsur yang akan dilatih yaitu sebagai
berikut:
Latiahn fisik adalah latihan yang bertujuan
untuk meningkatkan kondisi fisik, yaitu faktor yang sangat penting bagi setiap
atlet. Tanpa kondisi fisik yang baik atlet tidak akan dapat mengikuti latihan –
latihan, apalagi bertanding dengan sempurna. Beberapa unsur kemampuan fisik
dasar yang perlu di kembangkan antara lain ialah kekuatan, daya tahan,
kelentukan kelincahan, dan kecepatan.
Latihan teknik. Latihan teknik bertujuan
untuk mempermahir penguasaan keteranpilan gerak
dalam suatu cabang olahraga,
Latihan taktik bertujuan untuk
mengembangkan dan menumbuhkan daya tafsir pada atlet ketika melaksanakan
kegiatan olahraga yang bersangkutan
Latihan mental. Latihan mental sama
pentingnya dengan ketiga aspek tersebut di atas. Sebab, betapa sempurnapun
perkembangan fisik, teknik serta taktik atlet, apabila mentalnya tidak turut
berkembang, prestasi tinggi tidak mungkin akan dicapai
Hakekat Latihan Heavy bag thrust
Latihan
ini membutuhkan sebuah karung tinju yang digantung memakai tali atau kabel yang
melibatkan otot trisep, pectorals, deltoid, bisep, (lengan) trapezius,
abdominal, ectiternal obliges dan otot pinggul ekstensor. Latihan ini cocok
digunakan untuk olahraga pelempar cakram, tolak peluru, angkat besi serta sepak bola dan bola basket.
Posisi
awal
Menghadap kekarung tinju dengan posisi kaki
dalam terbelah setengah, Kaki depan sejajar dengan karung tinju, tangan
diletakkan dikarung tinju setinggi dada dengan jari menghadap keatas. Siku
harus dekat dengan tubuh dan lengan harus sepenuhnya tertekuk.
Menjaga kaki tetap stabil dan terus
mendorong karung tinju dari badan secepat mungkin, setelah karung tinju
melayang, posisi lengan harus memanjang dengan tangan terbuka, menangkap dan mematahkan momentum dari karung tinju
yang sedang melayang menggunakan otot lengan, dan otot bahu mendorong karung
tinju kembali lagi sebelum mencapai posisi awal. Berkonsentrasi pada
mempertahankan sikap tubuh yang sama diseluruh sisi latihan dan menekankan
kecepatan dan eksplosing power.
Latihan
ini dilakukan 3 sampai 6 set dari 10 sampai 20 pengulangan: istirahat sekitar
2menit dalam masing-masing set.
3.
Hakekat Tolak Peluru
Tolak peluru adalah salah satu nomor
lempar pada cabang olahraga atletik. Sesuai dengan namanya maka peluru tidak
dilempar tetapi ditolak atau didorong, yaitu berupa dorongan dari bahu yang
kuat disertai dengan gerak merentangkan lengan, pergelangan tangan dan
jari-jari yang terarah dengan tujuan agar didapat jarak tolakan yang maksimal (
Jarver, 1999:112).
Teknik tolak peluru adalah semata mata satu
metode penolakan dengan satu tangan. Ketika menolak dengan mengambil sikap
berdiri dengan didalam lingkaran yang berdiameter 2,135 meter untuk memulai
tolakan, peluru harus dekat dengan bahu atau dagu. Selama menolak peluru tidak
boleh diletakan dibelakang bahu. Transisi dari luncuran tolakan yang sebenarnya
dapat disempurnakan dengan gaya gerak. Adapun sudut lepas 400 (Yusuf,
1986:9.3-9.7)
Adapun berat peluru dalam tolak peluru ;
DEWASA PUTRA : 7,257 Kg
DEWASA PUTRI : 4 Kg
REMAJA PUTRA : 5 Kg
REMAJA PUTRI : 3 Kg
Berdasarkan
pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa tolak peluru adalah suatu
gerakan menolak atau mendorong peluru( alat yang bundar), terbuat dari
logam(besi, tembaga, atau kuningan).
Cara
memegang peluru
Untuk
mendapatkan pegangan yang paling baik dan efisien, sehingga penyaluran tenaga
cukup efektif sewaktu peluru dilontarkan maka yang harus diperhatikan cara
memegang peluru sebagai berikut:
Jari-jari agak meregang, jari kelingking tidak
tepat dibelakang peluru tetapi ditekuk dan berada disamping peluru. Dengan
demikian jari ini dapat membantu untuk menahan supaya peluru tidak mudah
tergeser dari tempatnya. Untuk menggunakan cara ini, pelempar harus mempunyai
jari-jari yang kuat dan panjang.
Cara ini hampir sama dengan cara pertama.
Jari-jari agak rapat ibu jari disamping belakang peluru. Dengan deemikian jari
kelingking kecuali untuk menahan jangan mengadakan tekanan pada waktu peluru
ditolak. Cara ini lebih banyak digunakan dari pada cara pertama.
Bagi mereka yang tangannya kecil dan
jarinya pendek, dapat menggunakan cara yerakhir ini, posisi jari-jari seperti
pada cara kedua tapi lebih renggang sedikit. Kelingking dibelakang peluru
sehingga turut menolak pelurunya. Ibu jari untuk menahan gesekan kesamping.
Mengingat bahwa tangan pelempar kecil serta pendek. Peluru biasanya diletakan
hampir pada lekuk tangan.
Sikap
badan waktu menolak
Sikap
badan pada waktu menolak peluru ini mulai sesaat setelah mahasiswa tersebut kakinya
mendarat ditanah, setelah ia melakukan gerakan meluncur. Tolakan harus segera
dimulai sesaat setelah kaki kanan menempati posisi seharusnya untuk mencegah
menurunnya kecepatan dari gerak peluru, begitu kaki kanan menyentuh tanah, kaki
dapat segera diarahkan keatas. Gerakan mengarahkan ke atas ini dikombinasikan
dengan mengankat batang tubuh. Pada saat itu pusat gaya berat mahasiswa sedang
bergser dari kaki kanan kekaki kiri. Gerakan batang tubuh yang terangkat dan
pergeseran tadi hanya mungkin kalau kaki sudah menyentuh tanah didepan
lingkaran tadi, gerakan ini harus simultan dengan gerakan kaki kanan yang saat
itu juga menyentuh tanah dibagian dalam lingkaran, hendaknya dikombinasikan
dengan putaran putaran tumit kanan kearah luar.
Cara
menolak peluru
Apabila
keadaan sikap badan pada waktu akan menolak tersebut sudah dapat dilakukan
dengan baik, artinya berada dalam keadaan seimbang dan sikap untuk melakukan
tolakan. Kemudian secepatnya peluru ditolakan sekuat-kuatnya keatas.
Pada
sikap badan menyamping, bersamaan dengan memutar badan kearah tolakan. Siku
ditarik keatas kebelakang ( kearah samping kiri), pinggul, dan pinggang serta
perut didorong kedepan agak keatas hingga dada terbuka menghadap kedepan serong
ke atas ke arah tolakan. Dagu diangkat atau ditengadahkan, pandangan kearah
tolakan. Pada saat seluruh badan ( dada menghadap kearah tolakan) secepatnya
peluru ditolakan sekuat-kuatnya ke atas ke depan ke arah tolakan. Bersamaan
dengan bantuan penolakan kaki kanan dan menolakan seluruh badan keatas serong ke depan, kalau menolak dengan tangan
kanan. Kalau dengan tangan kiri kebalikannya.
Sikap
badan setelah menolak peluru
Gerakan
kembali yaitu gerakan setelah menolak peluru adalah untuk menjaga keseimbangan
tubuh dan mencegah terjadinya pelanggaran terhadap peraturan atletik cabang
tolak peluru ini. Gerakan ini dimulai sesaat setelah peluru dilontarkan dimana
mahasiswa mengikuti gerakan peluru disekeliling lingkaran dan sama sekali tidak
boleh dilakukan sebelum peluru lepas dari tangan. Gerakan ini dimulai dengan
gerakan kaki yang cepat sekali mundur kepusat lingkaran. Kaki kiri diayunkan
kebelakan sambil merendahkan batang tubuh yang menyilang kaki kanan yang
ditekuk( Jarver, 199:114)
Cara
untuk melakukan gerakan dan sikap akhir
Setelah menolak
yaitu:
setelah peluru ditolakan atau didorong itu
lepas dari tangan, secepatnya kaki yang dipergunakan untuk menolak itu
diturunkan atau mendarat ( kaki kanan) kira-kira menempati bekas kaki depan
dengan lutut agak dibengkokan.
Kaki kiri ( kaki depan) diangkat kebelakan
lurus dan lemas untuk membantu menjaga keseimbangan.
Badan condong ke depan, dagu diangkat,
badan agak miring ke samping kiri, pandangan ke arah jatuhnya peluru.
Tangan kanan dengan siku agak dibengkokan
berada didepan sedikit agak di bawah badan, tangan atau lengan kiri lemas lurus
ke belakang untuk membantu menjaga keseimbangan.
Peluru
diperhatikan oleh para mahasiswa, meninggalkan lingkaran tolak harus setelah
peluru itu jatuh di tanah dan keluar melalui lingkaran bagian belakang
Cara
mengambil Awalan atau ancang ancang
Seperti
telah dikemukakan, bahwa dalam melakukan tolak peluru gaya menyaamping. Pada
waktu mengambil awalan akan melakukan suatu tolakan.gaya menymping adalah suatu
cara melakukan gerakan menolak, mulai dari sikap permulaan sampai dengan
bergerak ke depan untuk menolakan peluru keadaan badan menyamping arah
tolakan.gaya tolakan tersebut adalah gaya pertama kali dipergunakan atlet dalam
perlombaan tolak peluru. Namun samapi sekarangpun masih ada yang mempergunakan
terutama para atlet pemula. Oleh karena itu gaya tersebut sering dikatakan
dengan gaya zaman dahulu atau kuno( ortodok).
Cara
untuk melakukan tolak peluru dengan awalan gaya menyamping adalah: sikap
permulaan, berdiri tegak didalam lingkaran bagian belakang menyamping arah
tolakan. Gerakannya, pada waktu akan melakukan tolakan kaki depan(kiri)
digerak-gerakan ke depan ke belakang atau diputar-putarkan untuk membuat atau
mendapatkan keseimbangan dan kecepatan awal. Bersamaan dengan menolakan atau
mendorong kaki kanan kedepan ke arah tolakan. Kaki kiri digerakan agak kedepan
agak kesamping kiri lurus sehingga menyentuh balok penahan. Usahakan badan
tetap rendah denagn lutut kaki kanan agak dibengkokan pada saat kaki kiri kena atau menyentuh balok penahan
secepat mungkin badan diputar kearah tolakan, bersamaan bersamaan dengan
pinggul, pinggang dan perut didorong kedepan sehingga seluruh badan menghadap
kearah tolakan. Kemudian secepatnya peluru ditolakan sekuat-kuatnya ke depan
keatas, dengan bantuan menggerakan seluruh tenaga badan.
B.
KERANGKA KONSEPTUAL
Berdasarkan
pendapat dan teori-teori serta latar belakang masalah yang telah dikemukakan
pada bab terdahulu, penulis berpendapat banyak factor yang mempengaruhi hasil
tolakan pada mahasiswa pendidikan kepelatihan olahraga semester 5 pada olahraga
tolak peluru. Dan semua factor tersebut terdapat dalam bentuk latihan yang
disajikan pelatih, salah satunya latihan heavy bag thrust. Dalam penelitian ini
terdapat dua jenis variabel, untuk lebih jelasnya dapat di gambarkan dalam
bentuk kerangka konseptual sebagai berikut :
Variable
bebas variable terikat
C. HIPOTESIS
Berdasarkan teori dan kerangka
pemikiran yang telah dikemukakan pada bagian terdahulu, maka dapat diajukan
hipotesis sebagai berikut: Latihan heavy bag thrust berpengaruh terhadap hasil
tolakan pada tolak peluru pada mahasiswa pendidikan kepelatihan olahraga
semester 5 jurusan pendidikan olahraga universitas riau.
No comments:
Post a Comment