Monday, May 6, 2013

TUGAS BIOMEKANIKA 3 ( Tgl. 06-05-2013 )


BIOMEKANIKA

TUGAS

Diajukan untuk memenuhi tugas Biomekanika ke-3


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj16g2OXg0NY2ILFpTaKnSz8UapEL_m6YyaUCqYk2naJuwMmcAGijz_IeXShsVNkbXhyaX0vfh0i0lEE7I1Tnm_sagS6UPouYgYx3HbqwQEVBIPnwIw6WMcG8B72fNvZDHPWF47oEki6WnA/s1600/LOGO+UNSIL.jpg



                                                               Oleh :

                                    NAMA           : ACEP KURNIA
                                                NPM              : 102191378
                                                KELAS          : 3J











PROGRAM STUDI JASMANI, KESEHATAN DAN REKREASI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
2013







1.      PENJELASAN BUNYI HUKUM NEWTON 1 BERIKUT  CONTOHNYA ;
Setiap benda akan berusaha mempertahankan keadaannya. Kalau benda itu diam ia akan berusaha mempertahankan keadaan “diam” nya, dan kalau bergerak ia akan berusaha mempertahankan keadaan “bergerak” nya.
CONTOHnya  :
I = Benda A dalam keadaan diam, kalau balok B bergerak.
II = Kalau B bergerak, A akan ikut bergerak. Kalau B dengan mendadak berhenti di B’, dan A’ akan terus mempertahankan keadaan “bergeraknya” dan terus meluncur ke depan.

2.      PENJELASAN EFISIENSI GERAK ;
I. Dengan usaha yang sekecil – kecilnya( relatif kecil ) akan dicapai hasil yang sebesar – besarnya ( relatif besar ).
II. Aktivitas olahraga yang dilakukan dengan kecepatan yang sedang/optimum
( relatuf ), akan dapat dikontrol dan dikuasai serta mencapai hasil yang lebih baik.
3.      MACAM-MACAM GERAK BESERTA CONTONYA MASING – MASING MIN.1:
I.                    Gerak Lurus ( Gerak Linier ) :
CONTOHNYA : A.  Geraknya Motor Drag di Race Drag , B. Geraknya pelari lompat jauh di lintasan lompat jauh, dll..

II.                 Gerak Putar  ( gerak rotasi ) :
CONTOHNYA :
A.     Gerak Giant Swing ( ayunan raksasa ) pada senam.
B. Gerak anggota badan kita yang berputar pada persendiannya.
C. Gerakan menendang bola.
D. Ayunan pitcher softball, dll..

III.                Gerak Translasi  ada 2 ( menurut garis lurus dan menurut garis lintang )
CONTOHNYA : 
A.      Menurut garis lurus adalah :
a.        gerak “shift” / “glide” pada awal tolak peluru.
b.      gerakan yang diperlukan untuk memanipulasi bola ( bola sepak, bola hoki, bola voli )
B.      Menurut garis lingkar adalah :
a.       Gerakana kaki pada waktu mengayun sepeda.
IV.                Gerak Lengkung . CONTOHNYA :
a.       Bola yang dilempar menyudut akan menempuh lintasan yang melengkung berupa parabola.
b.      Gerak proyektil shuttle cock bulutangkis..



Sunday, May 5, 2013

JADWAL KULIAH KELAS 3J

SENIN 
1. 07.00 - 08.40 WIB<>SOSIOLOGI OLAHRAGA<>Ruangan<>(ANGGI PERMANA / K1)
2. 10.20 - 12.00 WIB<>BIOMEKANIKA OLAHRAGA<>Ruangan<>( Erik Setiawan/ K6)

RABU
1. 07.00 - 08.40 WIB<>STATISTIK PENJAS<>Ruangan<>(Eman / K5)
2. 08.40 - 10.20 WIB<>ILMU KEPELATIHAN LANJUTAN<>(Lap. Belakang / DADAHA)
3. 12.30 - 02.30 WIB<>METLIT PEMBELAJARAN<>(Adi Bontot/K3)

KAMIS
1. 08.40 - 10.20 WIB<>PENJAS ADAPTIF<>Ruangan<>(Triady Fauzi Sidik / B2)
2. 10.20 - 12.00 WIB<>DITMET SENAM<>Ruangan<>( Erik Setiawan/ K6)
3. 13.00 - 14.10 WIB<>EVALUASI PEMBELAJARAN<>Ruangan<>( Angeline Magdalena / K2)

Sunday, April 21, 2013

JADWAL UTS semster.6 ( tgl. 22 April 2013 )

1. SENIN :  - STATISTIKA  - 13.00 - 14.30 WIB
                - EVALUASI      - 14.35 - 16.05 WIB
                - METLIT         - 16.10 - 17.40 WIB

2. SELASA : - DITMET SENAM  - 10.40 - 12.10 WIB
                  - SOSIOLOGI        - 16.10 - 17.40 WIB

3. RABU : - BIOMEKANIKA     - 10.40 - 12.10 WIB
              - PENJAS ADAFTIF - 14.35 - 16.05 WIB

4. KAMIS : - IKL - 10.40 - 12.10 WIB

Sunday, April 7, 2013

SKRIPSI BULU TANGKIS


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Permainan bulutangkis adalah cabang olahraga yang banyak digemari oleh masyarakat di seluruh dunia, tidak terkecuali di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya masyarakat yang ikut serta dalam setiap kegiatan olahraga bulutangkis yang diselenggarakan, baik dalam bentuk pertandingan tingkat RT hingga tingkat dunia, seperti Thomas dan Uber Cup atau Olimpiade. Olahraga bulutangkis dapat dimainkan mulai dari anak-anak hingga orang dewasa dan dapat dilakukan di dalam maupun di luar ruangan.
Olahraga bulutangkis di Indonesia sudah dikenal sejak lama, sehingga olahraga ini merupakan salah satu cabang olahraga yang cukup populer di kalangan masyarakat Indonesia. Sebagaimana dikemukakan Sakir dan Genikarsa (1989 : 111) bahwa, “Bulutangkis dikenal di Indonesia sejak pada zaman penjajahan Belanda.”
Pada tanggal 5 Mei 1951 di Indonesia didirikanlah organisasi induk cabang olahraga bulutangkis yang dikenal dengan nama Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI). Organisasi inilah yang menjadi cikal bakal munculnya pebulutangkis handal yang dapat mengharumkan nama bangsa, seperti yang dibuktikan pebulutangkis tunggal yaitu Susi Susanti dan Alan Budikusumah yang meraih dua medali emas pada Olimpiade Barcelona tahun 1992. Perlu diingat juga bahwa olahraga bulutangkis walk in untuk pertama kalinya dipertandingkan di Olimpiade tersebut, bahkan dalam kejuaraan-kejuaraan dunia seperti dalam Thomas dan Uber Cup sudah beberapa kali piala tersebut direbut tim Indonesia. Pemain bulutangkis Indonesia seperti Rudi Hartono, Tjuntjun, Johan Wahyudi, Christian Hadinata, Ii Soemirat, Verawati Fajrin, Ivana Lie, Susi Susanti, Liem Swe King, Icuk Sugiarto, Joko Supriyanto, Alan Budikusumah, Haryanto Arbi, Ricky Subagja, Rexy Mainaki, Taufik Hidayat, dan yang lainnya adalah sederetan pemain yang pernah menjadi juara dunia pada zamannya dan tak pernah hilang dalam perjalanan sejarah bulutangkis Indonesia.
Dari waktu ke waktu perkembangan bulutangkis ini makin pesat, hal ini disebabkan makin tingginya keterampilan penguasaan teknik dari para pemainnya. Dengan keterampilan teknik bermain yang cukup tinggi yang dimiliki oleh rata-rata pemain, maka akan dapat memberikan suatu permainan yang bermutu. Untuk mendapat suatu keterampilan penguasaan yang baik, maka dari sejak dini para pemain harus sudah diberikan pelajaran teknik dasar, sehingga dengan teknik dasar yang telah dikuasainya itu pemain akan dapat mengembangkan keterampilannya di masa yang akan datang.
Untuk menjadi pebulutangkis yang handal perlu berbagai macam persyaratan, salah satunya adalah penguasaan teknik dasar permainan bulutangkis. Dalam cabang olahraga bulutangkis terdapat berbagai teknik dasar, diantaranya teknik service, smash, lob, drop, dan gerak kaki. Sebagaimana dikemukakan Poole (1986 : 10) bahwa, “Keterampilan dasar olahraga bulutangkis dapat dibagi dalam tujuh bagian : (1) serve, (2) smash, (3) overhead, (4) drive, dan (5) drop.” Kelima teknik dasar permainan bulutangkis tersebut harus dikuasai pebulutangkis untuk menunjang atau mencapai tujuan permainan.
Salah satu teknik dasar olahraga bulutangkis yang banyak digunakan untuk mematikan permainan lawan adalah smash. Menurut Poole (1986 : 143) smash adalah “pukulan overheadyang keras, diarahkan ke bawah yang kuat, merupakan pukulan menyerang yang utama dalam bulutangkis.”
Sehubungan dalam penelitian ini subjek penelitiannya adalah siswa sekolah dasar kelas V dan VI dan teknik dasar bulutangkis yang akan dilatihkan adalah smash, maka bentuk latihan yang dapat digunakan oleh pelatih atau guru Pendidikan Jasmani harus disesuaikan dengan karakteristik siswa sekolah dasar. Oleh karena itu, agar siswa sekolah dasar dapat menguasai teknik-teknik dasar permainan bulutangkis, khususnya teknik smash salah satunya adalah dengan cara memodifikasi net yang direndahkan. Modifikasi di sini adalah mengubah net dari ketinggian yang sebenarnya lalu direndahkan. Caranya adalah dengan memodifikasi ketinggian net yang sebenarnya yaitu 1,55 m, dan setelah siswa dapat melakukannya lalu net tersebut direndahkan 20 cm sampai mencapai ketinggian net 1,35 m. Dengan memodifikasi ketinggian net yang direndahkan tersebut, diharapkan siswa dapat menguasai keterampilan smash dalam permainan bulutangkis secara optimal.
Berdasarkan permasalahan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai masalah tersebut dengan judul : “Pengaruh Modifikasi Net yang Direndahkan terhadap Keterampilan Smash dalam Permainan Bulutangkis Siswa Sekolah Dasar.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka penulis dapat merumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut : “Apakah modifikasi net yang direndahkan berpengaruh terhadap keterampilan smash dalam permainan bulutangkis siswa kelas V dan VI SD Negeri Kedungwuluh Kecamatan Padaherang Kabupaten Ciamis ?”

C. Tujuan Penelitian

Mengacu pada rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh modifikasi net yang direndahkan terhadap keterampilan smash dalam permainan bulutangkis siswa kelas V dan VI SD Negeri Kedungwuluh Kecamatan Padaherang Kabupaten Ciamis.

D. Manfaat Penelitian

Secara teoritis hasil penelitian ini bermanfaat untuk memberi bahan masukan dan tambahan informasi ilmiah bagi, pemain, pelatih, dan pembina olahraga bulutangkis, khususnya berkenaan dengan penguasaan keterampilan smash dalam permainan bulutangkis.
Secara praktis, hasil dari penelitian ini bermanfaat sebagai berikut:
1. Sebagai tambahan informasi bagi siswa SD Negeri Kedungwuluh Kecamatan Padaherang Kabupaten Ciamis tentang perlunya membina penguasaan keterampilan smash dalam permainan bulutangkis.
2. Sebagai tambahan pengetahuan bagi guru Pendidikan Jasmani dan Kesehatan mengenai bentuk latihan yang dapat diterapkan untuk meningkatkan penguasaan keterampilan smash yaitu dengan modifikasi net yang direndahkan bagi anak didiknya.
3. Memberikan informasi kepada pembaca bahwa keterampilan smash dalam permainan bulutangkis dapat dilatih dengan berbagai bentuk latihan, salah satunya dengan modifikasi net yang direndahkan.

E. Pembatasan Masalah

Sesuai dengan waktu dan kemampuan yang penulis miliki, maka permasalahan dalam penelitian ini penulis batasi dengan harapan penelitian ini lebih terarah dan tidak terlalu luas dalam pembahasannya. Ruang lingkup masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Aspek yang diteliti hanya terbatas untuk memperoleh fakta tentang pengaruh modifikasi net yang direndahkan terhadap keterampilan smash dalam permainan bulutangkis siswa sekolah dasar.
2. Penelitian ini menggunakan metode eskperimen dengan desain penelitian pre–test dan post–test, yaitu melaksanakan kegiatan latihan smash bulutangkis dengan menggunakan modifikasi net yang direndahkan. Pelaksanaan latihan selama 16 kali pertemuan ditambah dua kali tes yaitu tes awal dan tes akhir. Pengambilan data dilakukan di lapangan olahraga SD Negeri Kedungwuluh Kecamatan Padaherang Kabupaten Ciamis.
3. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV dan V SD Negeri Kedungwuluh Kecamatan Padaherang Kabupaten Ciamis sebanyak 30 orang. Karena subjek penelitian ini ditentukan jumlahnya yaitu 30 orang, maka seluruh populasi dijadikan objek penelitian atau total sample.
4. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes smash bulutangkis yang dilakukan dalam lima kali kesempatan (diambil angka). Tes ini bertujuan untuk mengukur keterampilan melakukan smash di atas net ke sasaran dengan cepat dan terarah yang dilakukan sebanyak lima kali kesempatan.
F. Definisi Operasional
Untuk menghindari salah penafsiran atau salah arti terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan istilah-istilah yang digunakan supaya lebih operasional sehingga tidak timbul kesalahan terhadap maksudnya. Istilah-istilah tersebut adalah :
1. Pengaruh, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990 : 664) adalah “sama artinya dengan akibat atau hasil yang diperoleh.” Pengaruh dalam penelitian ini adalah efek atau akibat yang timbul dari latihan smash dengan modifikasi net yang direndahkan terhadap keterampilansmash dalam permainan bulutangkis.
2. Modifikasi net direndahkan, artinya perubahan dari ketinggian net sebenarnya menjadi rendah dalam permainan bulutangkis. Caranya dengan merendahkan ketinggian net yang sebenarnya (1,55 m), dan setelah siswa dapat melakukannya lalu net tersebut direndahkan 20 cm sampai mencapai ketinggian net 1,35 cm.
3. Smash, menurut Poole (1986 : 143) smash adalah “pukulan overhead yang keras, diarahkan ke bawah yang kuat, merupakan pukulan menyerang yang utama dalam bulutangkis.”
G. Anggapan Dasar dan Hipotesis
1. Anggapan Dasar
Anggapan dasar merupakan titik tolak bagi penulis dari segala kegiatan penelitian yang akan dilaksanakan dan anggapan dasar ini diperlukan sebagai pegangan pokok secara umum.
Menurut Arikunto (1998 : 97) anggapan dasar atau postulat adalah “sebuah titik awal pemikiran yang kebenarannya dapat diterima oleh penyelidik”. Bertitik tolak dari pengertian di atas, maka yang menjadi anggapan dasar dalam penelitian ini adalah :
a. Latihan yang dilakukan secara sistematis dan teratur serta mengikuti prinsip-prinsip latihan akan memberikan perubahan yang positif terhadap kemampuan penguasaan berbagai keterampilan gerak siswa sekolah dasar.
b. Kelebihan latihan menggunakan modifikasi net direndahkan pada permainan bulutangkis adalah dapat memotivasi siswa/atlet untuk belajar teknik dasar smash, memudahkan kesulitan belajar siswa melakukan teknik dasar smash, dan dapat memukul dan memasukan shuttlecockdengan mudah.
c. Kelemahannya yaitu waktu untuk latihan terbuang hanya untuk melakukan teknik dasar smashdan variasi latihan yang diberikan pelatih hanya sedikit.
2. Hipotesis
Sebagai penuntun ke arah penelitian untuk suatu penjelasan problematik yang harus dicapai pemecahannya diperlukan hipotesa. Hipotesis adalah perumusan sementara terhadap suatu masalah, yang dimaksud tuntutan sementara dalam penelitian yaitu mencari kebenaran yang sebenarnya. Sebagaimana dikemukakan oleh Surakhmad (1998 : 68) bahwa hipotesis adalah “suatu jawaban yang sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul.”
Berdasarkan anggapan dasar di atas, maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut : “Latihan smash dengan memodifikasi net direndahkan berpengaruh secara berarti terhadap keterampilan smash dalam permainan bulutangkis pada siswa kelas V dan VI SD Negeri Kedungwuluh Kecamatan Padaherang Kabupaten Ciamis.”
Dinata, Marta dan Herman Tarigan. 2004. Bulutangkis 2. Jakarta : Cerdas Jaya.
Pengurus Besar Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia. 2006. Pedoman Praktis Bermain Bulutangkis. Tersedia : http://pb-pbsi/bulutangkis.com.
Poole, James. 1986. Belajar Bulutangkis. Bandung : Pionir Jaya.

I. Rangkuman & KUMPULAN SOAL – SOAL


I. Rangkuman

Tujuan penjas           : Bertambahnya pengetahuan siswa tentang berbagai hal mengenai olah raga.
Ada 3 aspek, yaitu     : kognitif , afektif dan psikomotor.
J. Tugas Lembar Kerja
- Kemukakan mengenai konsep pengentahuan?
- Apa yang di maksud dengan keterampilan kecabangan?




KUMPULAN SOAL – SOAL

1. ADA BERAPA DAN SEBUTKAN ASPEK YANG MEMPENGARUHI PADA PENKJAS? ....
2. SEBUTKAN CARA UNTUK MENGUKUR ASPEK PENGETAHUAN SISWA? ....

D. Aspek Gerak Dasar


Dengan cara  :
 - Tempat tes yang menetap,
- Menilai Komponen Penting           : . pada waktu tes,     .pada waktu PBM berlangsung.

E. Aspek Fitness dan Keterampilan Kecabangan Olahraga
Dengan cara  :
1. Mengetes sendiri dan dengan partner.
Langkah – langkahnya         :
-          Guru terlebih dahulu menjelaskan cara pelaksanaan dan penentuan skor kepada siswa.
-          Guru menjelaskan pentingnya kejujuran dalam pelaksanaan tes dan mempercaykannya kepada siswa.
-          Untuk menanamkan motivasi dari dalam diri siswa, guru berusaha untuk tidak membanding – bandingkan skor hasil tes siswa yang satu dengan yang lainnya atau dengan standar tes.
-          Gunakan borang pengskoran.
F. Rentang kategori hasil tes ( skor ) yang lebih luas
Guru beranggapan bahwa pelaksanaan pengetesan jauh lebih penting.
G. Melibatkan Orang lain
Pelaksanaannya, antara lain            :
-          Siswa yang lebih senior,
-          Guru lain,
-          Orang tua siswa, atau
-          Mahasiswa sebagai sukarela.
H. Bagian dari proses pembelajaran
Dengan menggunakan metode circuit learning dan dengan cara penugasan pada PBM berlangsung.
Langkahnya adalah  :
-          Penetapan pos – pos belajar,
-          Penugasan pada saat PBM berlangsung,
-          Salah satu pentahanan dalam PBM.

SUBSTANSI ASPEK YANG DI EVALUASI ( part. A, B, C, D )



A. Pendahuluan
            Ada 3 tiga domain pengukur dampak program penjas, yaitu      : kognitif, afektif, dan psikomotor.

Intisari Pokok Bahasan
B. Aspek Pengetahuan
Ada beberapa cara untuk mengukur Aspek Pengetahuan siswa, diantaranya  :
1. Tes di kelas
Dengan cara  : a. Tidak banyak tapi sering,
                          b. pembagian tes yang berbeda,
                          c. dikoordinasikan oleh sekolah     :  - penyedian waktu khusus,
                                                                                       - pelayanan khusus oleh sekolah,
2. Tes tulis sinkat dilapangan
Dengan cara  : menyuruh siswa untuk menolong temannya yang tidak bisa.
3. Mengecek pemahaman siswa
Dengan cara : pada saat akhir jam pelajaran guru menyuruh siswa mengecek pemahamannya tentang materi yang baru saja diajarkan.
4. Kartu merah dan hijau
Dengan cara  : Guru membagikan kartu tersebut kepada siswa pada akhir jam pelajaran .

C. Aspek Sikap
Tujuannya untuk mengetahui sikap anak didiknya terhadap aktivitas belajar.
Tes sikap dapat dilakukan dengan cara     :
-          Kartu Ceria
-          Tes Tulis
-          Observasi

cover TUGAS EVALUASI KE-3


EVALUASI PENDIDIKAN

RANGKUMAN MODUL 3

Diajukan untuk memenuhi tugas Evaluasi ke-3









                                                                        Oleh :

NAMA           : ACEP KURNIA
                                                KELAS          : 3J
                                                 NPM             : 102191378
         




PROGRAM STUDI JASMANI, KESEHATAN DAN REKREASI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
2013

Thursday, April 4, 2013

BAB III


BAB III
METODE PENELITIAN

    Jenis penelitian
Sesuai dengan jenis penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh latihan heavy bag thrust terhadap hasil tolakan pada tolak peluru, maka jenis penelitian ini adalah eksperimen. Dengan demikian metode eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yag lain dalam kondisi yang terkendali sugiyono (2011:72). Metode ini bersifat validation atau menguji, yaitu menguji pengaruh satu atau lebih variabel terhadap variabel lain. Variabel yang memberikan pengaruh dikelompokkan sebagai variabel bebas (indpendent variables) dan variabel yang dipengaruhi dikelompokan sebagai variabel terikat(dependent variables) Nana Syaodih Sukmadinata (2006:57-58)
    Rancangan Penelitian
Dalam penelitian ini rancangan penelitin yang digunakan adalah model One-Group Pretest-Posttest Design dengna demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengaan keadaan sebelum diberi perlakuan. Sogiyono (2011:74-75) Desain ini digambarkan sebagai berikut:

O1 X  O2

O1 = nilai pretest (sebelum diberi latihan)
O2 = nilai postest (sesudah diberi latihan)
Pengaruh latihan = (O1 – O2)
    Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kampus fkip jurursan pendidikan olahraga.
    Waktu penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan juli sampai bulan september.
 







 Populasi dan sampel populasi
    Populasi
Pengertian populasi manurut Nana Syaodih Sukmadinata (2006:250), populasi adalah kelompok besar dan wilayah yang menjadi lingkup penelitian kita. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa pendidikan kepelatihan olahraga semester 5 pada tahun ajaran 2012/2013. Pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa populasi adalah seluruh individu yang akan dijadikan subjek penelitian dan dari

seluruh individu tersebut paling sedikit mempunyai satu sifat yang sama. Jumlah mahasiswa putra yang ada dikelas pendidikan kepelatihan olahraga adalah 27 orang.
Keseluruhan populasi dalam penelitian ini memiliki beberapa kesamaan antara lain:
    Sama sama mahasiswa pendidikan kepelatihan olahraga.
    Sama sama berjenis kelamin laki laki.
    Usia mereka relative sama 19 sampai 20 tahun.
Berdasarkan uraian diatas maka yang dijadikan populasi dalam penelitian ini telah memenuhi syarat sebagai populasi.
    Sampel populasi
Teknik pengambilan sampel dengan cara sampling jenuh. Menurut pendapat sugiyono (2011:85) sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bil semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukna bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau peneliti yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus dimana semua anggota populasi di jadikan sampel. Berdasarkan pendapat karena jumlah populasi mahasiswa putra pada pendidikan kepelatihan olahraga hanya 27 orang maka dari itu peneliti mengambil semua populasi sebagai sampel. Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 27 orang.
    Teknik pengumpulan data
Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini, dilakukan dua kali tes yaitu tes awal (pretest) yaitu sebelum orang coba melakukan latihan heavy bag thrust dan tes akhir (posttest) setelah orang coba melakukan latihan heavy bag thrust sebanyak 16 kali pertemuan dengan frekuansi latihan 3 kali seminggu.
    Instrumen penelitian
    Petunjuk pelaksanaan tes tolak peluru
Tujuan adanya pelaksanaan tes adalah agar tidak salah dalam melakukan tes yang sesungguhnya. Sehinggan dalam pelaksanaanya benar – benar dipahami. Adapun prosedur pelaksaaannya adalah sebagai berikut:
    Alat yang digunakan
    Peluru untuk putra dewasa 7 kg
    Meteran
 

  Petunjuk pelaksanaan
Dua puluh tujuh anak melakukan tolakan secara bergantian setiap anak mealakukan tolakan sebanyak tiga kali dan yang dipakai dari hasil tolakan adalah yang terjauh.
 
 Tolakan dinyatakan tidak sah apabila:
    Setelah menolak mahasiswa keluar lingkaran melalui depan lingkaran
    Peluru keluar dari lintasan jatuhnya peluru
    Teknik analisis data
Data yang diperoleh sebagai skor individu diolah dengan menggunakan prosedur statistik untuk membuktikan apakah hipotesis yang penulis ajukan dalam penelitian ini diterima atau ditolak. Data yang terkumpul dari pretest dan posttest dianalisis dengan menggunakan uji-t.
Rumus uji-t
 t= d/(Sd/√n) 
keterangan:
d= rata-rata
Sd= Standar devisi
N= sampel


  


DAFTAR PUSTAKA


http://id.wikipedia.org/wiki/atletik
http://id.wikipedia.org/wiki/tolakpeluru
Radelilfe.James C.(James Christopher).1958.Plyometrics:explosive power training.

BAB II



BAB II
KAJIAN TEORITIS


A.  LANDASAN TEORITIS

 Hakekat Latihan
Pengertian Latihan
Definisi latihan olahraga yang yang dimodifikasi Dietrch Harre (1971) menyatakan bahwa latihan adalah suatu proses penyempurnaan olahraga yang diatur dengan prinsip – prinsip yang bersifat alamiah, khususnya prinsip – prinsip paedagogis. Proses ini yang direncanakan dan sistematis, meningkatkan kesiapan untuk tampil dari seorang olahragawan atau olahragawati Yossef Nossek (1982:12).
Sedangkan menurut Harsono (1988) latihan atau training adalah suatu proses belatih yang sistematis yang dilakukan secara berulang – ulang, dan yang kian hari jumlah beban latihanya kian bertambah. Rusli `Lutan (2005:90).

Tujuan latihan :

    Menurut Rusli Lutan (2005:88) ada empat aspek latihan berdasarkan tujuan dan unsur yang akan dilatih yaitu sebagai berikut:
    Latiahn fisik adalah latihan yang bertujuan untuk meningkatkan kondisi fisik, yaitu faktor yang sangat penting bagi setiap atlet. Tanpa kondisi fisik yang baik atlet tidak akan dapat mengikuti latihan – latihan, apalagi bertanding dengan sempurna. Beberapa unsur kemampuan fisik dasar yang perlu di kembangkan antara lain ialah kekuatan, daya tahan, kelentukan kelincahan, dan kecepatan.
    Latihan teknik. Latihan teknik bertujuan untuk mempermahir penguasaan keteranpilan gerak  dalam suatu cabang olahraga,
    Latihan taktik bertujuan untuk mengembangkan dan menumbuhkan daya tafsir pada atlet ketika melaksanakan kegiatan olahraga yang bersangkutan
    Latihan mental. Latihan mental sama pentingnya dengan ketiga aspek tersebut di atas. Sebab, betapa sempurnapun perkembangan fisik, teknik serta taktik atlet, apabila mentalnya tidak turut berkembang, prestasi tinggi tidak mungkin akan dicapai
    Hakekat Latihan Heavy bag thrust
Latihan ini membutuhkan sebuah karung tinju yang digantung memakai tali atau kabel yang melibatkan otot trisep, pectorals, deltoid, bisep, (lengan) trapezius, abdominal, ectiternal obliges dan otot pinggul ekstensor. Latihan ini cocok digunakan untuk olahraga pelempar cakram, tolak peluru, angkat besi serta  sepak bola dan bola basket.

Posisi awal
    Menghadap kekarung tinju dengan posisi kaki dalam terbelah setengah, Kaki depan sejajar dengan karung tinju, tangan diletakkan dikarung tinju setinggi dada dengan jari menghadap keatas. Siku harus dekat dengan tubuh dan lengan harus sepenuhnya tertekuk.

    Menjaga kaki tetap stabil dan terus mendorong karung tinju dari badan secepat mungkin, setelah karung tinju melayang, posisi lengan harus memanjang dengan tangan terbuka, menangkap  dan mematahkan momentum dari karung tinju yang sedang melayang menggunakan otot lengan, dan otot bahu mendorong karung tinju kembali lagi sebelum mencapai posisi awal. Berkonsentrasi pada mempertahankan sikap tubuh yang sama diseluruh sisi latihan dan menekankan kecepatan dan eksplosing power.
Latihan ini dilakukan 3 sampai 6 set dari 10 sampai 20 pengulangan: istirahat sekitar 2menit dalam masing-masing set.

3. Hakekat Tolak Peluru
        Tolak peluru adalah salah satu nomor lempar pada cabang olahraga atletik. Sesuai dengan namanya maka peluru tidak dilempar tetapi ditolak atau didorong, yaitu berupa dorongan dari bahu yang kuat disertai dengan gerak merentangkan lengan, pergelangan tangan dan jari-jari yang terarah dengan tujuan agar didapat jarak tolakan yang maksimal ( Jarver, 1999:112).
    Teknik tolak peluru adalah semata mata satu metode penolakan dengan satu tangan. Ketika menolak dengan mengambil sikap berdiri dengan didalam lingkaran yang berdiameter 2,135 meter untuk memulai tolakan, peluru harus dekat dengan bahu atau dagu. Selama menolak peluru tidak boleh diletakan dibelakang bahu. Transisi dari luncuran tolakan yang sebenarnya dapat disempurnakan dengan gaya gerak. Adapun sudut lepas 400 (Yusuf, 1986:9.3-9.7)

    Adapun berat peluru dalam tolak peluru ;
    DEWASA PUTRA  : 7,257 Kg
    DEWASA PUTRI    : 4 Kg
    REMAJA PUTRA    : 5 Kg
    REMAJA PUTRI     : 3 Kg
Berdasarkan pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa tolak peluru adalah suatu gerakan menolak atau mendorong peluru( alat yang bundar), terbuat dari logam(besi, tembaga, atau kuningan).
Cara memegang peluru
Untuk mendapatkan pegangan yang paling baik dan efisien, sehingga penyaluran tenaga cukup efektif sewaktu peluru dilontarkan maka yang harus diperhatikan cara memegang peluru sebagai berikut:

 Jari-jari agak meregang, jari kelingking tidak tepat dibelakang peluru tetapi ditekuk dan berada disamping peluru. Dengan demikian jari ini dapat membantu untuk menahan supaya peluru tidak mudah tergeser dari tempatnya. Untuk menggunakan cara ini, pelempar harus mempunyai jari-jari yang kuat dan panjang.
    Cara ini hampir sama dengan cara pertama. Jari-jari agak rapat ibu jari disamping belakang peluru. Dengan deemikian jari kelingking kecuali untuk menahan jangan mengadakan tekanan pada waktu peluru ditolak. Cara ini lebih banyak digunakan dari pada cara pertama.
    Bagi mereka yang tangannya kecil dan jarinya pendek, dapat menggunakan cara yerakhir ini, posisi jari-jari seperti pada cara kedua tapi lebih renggang sedikit. Kelingking dibelakang peluru sehingga turut menolak pelurunya. Ibu jari untuk menahan gesekan kesamping. Mengingat bahwa tangan pelempar kecil serta pendek. Peluru biasanya diletakan hampir pada lekuk tangan.
Sikap badan waktu menolak
Sikap badan pada waktu menolak peluru ini mulai sesaat setelah mahasiswa tersebut kakinya mendarat ditanah, setelah ia melakukan gerakan meluncur. Tolakan harus segera dimulai sesaat setelah kaki kanan menempati posisi seharusnya untuk mencegah menurunnya kecepatan dari gerak peluru, begitu kaki kanan menyentuh tanah, kaki dapat segera diarahkan keatas. Gerakan mengarahkan ke atas ini dikombinasikan dengan mengankat batang tubuh. Pada saat itu pusat gaya berat mahasiswa sedang bergser dari kaki kanan kekaki kiri. Gerakan batang tubuh yang terangkat dan pergeseran tadi hanya mungkin kalau kaki sudah menyentuh tanah didepan lingkaran tadi, gerakan ini harus simultan dengan gerakan kaki kanan yang saat itu juga menyentuh tanah dibagian dalam lingkaran, hendaknya dikombinasikan dengan putaran putaran tumit kanan kearah luar.
Cara menolak peluru
Apabila keadaan sikap badan pada waktu akan menolak tersebut sudah dapat dilakukan dengan baik, artinya berada dalam keadaan seimbang dan sikap untuk melakukan tolakan. Kemudian secepatnya peluru ditolakan sekuat-kuatnya keatas.
Pada sikap badan menyamping, bersamaan dengan memutar badan kearah tolakan. Siku ditarik keatas kebelakang ( kearah samping kiri), pinggul, dan pinggang serta perut didorong kedepan agak keatas hingga dada terbuka menghadap kedepan serong ke atas ke arah tolakan. Dagu diangkat atau ditengadahkan, pandangan kearah tolakan. Pada saat seluruh badan ( dada menghadap kearah tolakan) secepatnya peluru ditolakan sekuat-kuatnya ke atas ke depan ke arah tolakan. Bersamaan dengan bantuan penolakan kaki kanan dan menolakan seluruh badan keatas  serong ke depan, kalau menolak dengan tangan kanan. Kalau dengan tangan kiri kebalikannya.
Sikap badan setelah menolak peluru
Gerakan kembali yaitu gerakan setelah menolak peluru adalah untuk menjaga keseimbangan tubuh dan mencegah terjadinya pelanggaran terhadap peraturan atletik cabang tolak peluru ini. Gerakan ini dimulai sesaat setelah peluru dilontarkan dimana mahasiswa mengikuti gerakan peluru disekeliling lingkaran dan sama sekali tidak boleh dilakukan sebelum peluru lepas dari tangan. Gerakan ini dimulai dengan gerakan kaki yang cepat sekali mundur kepusat lingkaran. Kaki kiri diayunkan kebelakan sambil merendahkan batang tubuh yang menyilang kaki kanan yang ditekuk( Jarver, 199:114)


Cara untuk melakukan gerakan dan sikap akhir
Setelah menolak yaitu:
    setelah peluru ditolakan atau didorong itu lepas dari tangan, secepatnya kaki yang dipergunakan untuk menolak itu diturunkan atau mendarat ( kaki kanan) kira-kira menempati bekas kaki depan dengan lutut agak dibengkokan.
    Kaki kiri ( kaki depan) diangkat kebelakan lurus dan lemas untuk membantu menjaga keseimbangan.
    Badan condong ke depan, dagu diangkat, badan agak miring ke samping kiri, pandangan ke arah jatuhnya peluru.
    Tangan kanan dengan siku agak dibengkokan berada didepan sedikit agak di bawah badan, tangan atau lengan kiri lemas lurus ke belakang untuk membantu menjaga keseimbangan.
Peluru diperhatikan oleh para mahasiswa, meninggalkan lingkaran tolak harus setelah peluru itu jatuh di tanah dan keluar melalui lingkaran bagian belakang
Cara mengambil Awalan atau ancang ancang
Seperti telah dikemukakan, bahwa dalam melakukan tolak peluru gaya menyaamping. Pada waktu mengambil awalan akan melakukan suatu tolakan.gaya menymping adalah suatu cara melakukan gerakan menolak, mulai dari sikap permulaan sampai dengan bergerak ke depan untuk menolakan peluru keadaan badan menyamping arah tolakan.gaya tolakan tersebut adalah gaya pertama kali dipergunakan atlet dalam perlombaan tolak peluru. Namun samapi sekarangpun masih ada yang mempergunakan terutama para atlet pemula. Oleh karena itu gaya tersebut sering dikatakan dengan gaya zaman dahulu atau kuno( ortodok).
Cara untuk melakukan tolak peluru dengan awalan gaya menyamping adalah: sikap permulaan, berdiri tegak didalam lingkaran bagian belakang menyamping arah tolakan. Gerakannya, pada waktu akan melakukan tolakan kaki depan(kiri) digerak-gerakan ke depan ke belakang atau diputar-putarkan untuk membuat atau mendapatkan keseimbangan dan kecepatan awal. Bersamaan dengan menolakan atau mendorong kaki kanan kedepan ke arah tolakan. Kaki kiri digerakan agak kedepan agak kesamping kiri lurus sehingga menyentuh balok penahan. Usahakan badan tetap rendah denagn lutut kaki kanan agak dibengkokan pada saat kaki  kiri kena atau menyentuh balok penahan secepat mungkin badan diputar kearah tolakan, bersamaan bersamaan dengan pinggul, pinggang dan perut didorong kedepan sehingga seluruh badan menghadap kearah tolakan. Kemudian secepatnya peluru ditolakan sekuat-kuatnya ke depan keatas, dengan bantuan menggerakan seluruh tenaga badan.

B. KERANGKA KONSEPTUAL
Berdasarkan pendapat dan teori-teori serta latar belakang masalah yang telah dikemukakan pada bab terdahulu, penulis berpendapat banyak factor yang mempengaruhi hasil tolakan pada mahasiswa pendidikan kepelatihan olahraga semester 5 pada olahraga tolak peluru. Dan semua factor tersebut terdapat dalam bentuk latihan yang disajikan pelatih, salah satunya latihan heavy bag thrust. Dalam penelitian ini terdapat dua jenis variabel, untuk lebih jelasnya dapat di gambarkan dalam bentuk kerangka konseptual sebagai berikut :
 Variable bebas    variable terikat

C.   HIPOTESIS
        Berdasarkan teori dan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan pada bagian terdahulu, maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut: Latihan heavy bag thrust berpengaruh terhadap hasil tolakan pada tolak peluru pada mahasiswa pendidikan kepelatihan olahraga semester 5 jurusan pendidikan olahraga universitas riau.
Template by : kendhin x-template.blogspot.com